My Opinion (Leadership)
Hari ini tidak seperti biasanya gue merasa begitu termotivasi untuk menulis sesuatu yang sifatnya kiasan. Sudah begitu lama tampaknya gue tidak ada motivasi seperti ini. Entah apa yang membuat ini terjadi, tapi yang jelas hal ini tidak menjadi masalah yang berarti bagi gue. Yah, gue coba teruskan aja lewat tulisan, apa yang sedang gue pikirkan saat ini.
Tanpa disengaja gue baca sebuah artikel yang gue dapet ketika menghadiri acara Bincang Kampus hari Sabtu kemaren. Hal yang menarik yang gue dapatkan yaitu dimana isi dari artikel itu seputar Leadership atau Kepemimpinan. Menarik banget untuk gue secara pribadi, karena gue suka banget sama hal-hal yang berbau kepemimpinan. Mungkin rasa ketertarikan ini muncul ketika gue membahas masalah kepemimpinan dalam penulisan akhir (skripsi) gue. Ada ungkapan yang gue suka dan itu membangun gue banget yaitu The iceberg represents your leadership. The 10% above the water is your skill. The 90% below the water is your character. It’s what’s below the surface that sinks the (Titanic) ship.
Dari ungkapan diatas apa yang bisa temen-temen dapatkan? Pastinya berbeda satu dengan yang lain. Apapun yang temen-temen dapatkan semoga itu sesuatu yang baik buat kalian. Kalo dari gue secara pribadi, ungkapan diatas itu jadi satu potongan puzzle yang sedang gue cari untuk melengkapi pengetahuan gue tentang dunia kepemimpinan. Bahwa ternyata Kepemimpinan itu ibarat gunung es. Dikatakan kalo komposisi dari seorang pemimpin itu adalah 10% kemampuan atau keahlian (ini bisa apa aja bentuknya) dan 90% nya adalah karakter. Kalo kita bicara tentang gunung es, pastinya orang menilai kalo itu besar banget karena bisa kelihatan dengan mata kita, tapi ternyata apa yang kita lihat itu bukanlah bentuk sebenernya. Besarnya gunung es yang bisa kita lihat dengan mata kita itu ternyata bentuknya jauh lebih besar lagi. Itu bisa terbukti ketika mau melihatnya bukan dari permukaan air, tapi kita melihatnya di bawah permukaan air, maka kita akan takjub melihat bahwa begitu besarnya bentuk gunung es itu.
Melihat dari pandangan gue diatas bisa diambil kesimpulan kalo ternyata seorang pemimpin itu ngga bisa dilihat dari luarnya aja. Dalam hal ini mungkin dia itu pinter, jago ngomong, pandai dalam memecahkan masalah, IPK diatas rata-rata, kelihatan rohani, pelayanan segudang, orangnya asik dan lain sebagainya. Tapi hal itu ngga jadi jaminan. Hal-hal itu tadi cuman sebagian kecil (10%) dari seorang pemimpin. Ada hal lain yang lebih berperan penting atau yang cukup mempengaruhi, yaitu Karakter dari pemimpin itu sendiri (90%). Hal inilah yang jarang sekali terlihat oleh orang lain, dalam hal ini orang yang dipimpin.
Pernah ngga kalian ketemu ama orang yang kelihatannya dia itu perfect banget? Apapun yang kelihatan dari orang itu kayanya bagus-bagus aja, malah terkadang susah banget dicari kekurangannya. Pernah? Tapi lihat, seiring berjalannya waktu kalian mengetahui dan mulai mengenal pribadi yang kalian anggep perfect itu. Sampai suatu waktu kalian merasa kecewa dan ngga nyangka kenapa bisa? Yah, itu bisa aja terjadi karena apa yang selama ini kalian lihat itu cuman luarnya aja yang sebisa mungkin diciptakan citra yang positif, padahal belum tentu “dalemnya” sepositif itu. Maksud gue bukan selalu dia itu orang yang brengsek. Ngga gitu!! Tapi mungkin aja dia punya satu atau lebih sikap-sikap hidup yang tidak bersifat konstruktif yang sewajarnya dimiliki oleh seseorang yang mengaku dirinya seorang pemimpin. Sikap-sikap hidup yang tidak bersifat konstruktif itu bisa berbentuk suka ingkar janji, ngga bisa menghargai waktu (jam karet), ngga bisa dipercaya, ngga ada integritas dan lain sebagainya, dimana seharusnya kesemua sikap-sikap ini hendaknya dielimir atau sebisa mungkin dihilangkan, karena sangat-sangat tidak menguntungkan jika terus dipelihara. Memang sikap-sikap itu terkesan kecil dan sepele banget, tapi berdampak besar. Ngga percaya, coba perhatikan kalimat dari isi artikel itu yang menjelaskan hal tersebut; Small damage below the water line can sink a huge ship. In the same way, small compromises in our integrity can go unnoticed, but will eventually sink leaders.
Nah, dalam kesempatan ini gue ingin mencoba mengajak kalian lebih dekat lagi dengan mengambil sebuah contoh kepemimpinan, yaitu kepemimpinan dalam UKM Rohkrist (HUGe). Kenapa kepemimpinan Rohkrist yang gue ambil? Karena dalam waktu yang tidak lama lagi, kita akan melakukan regenerasi kepengurusan. Regenerasi ini adalah sebuah moment penting dalam sebuah organisasi, khsususnya UKM Rohkrist. Dalam regenerasi inilah tongkat estafet kepemimpinan akan diserahkan, itu tandanya HUGe akan memiliki ketua yang baru yang akan meneruskan perjuangan dari pahlawan-pahlawan rohani kita yang telah bekerja dan mengorbankan banyak hal dan mau membayar harganya untuk sebuah persekutuan di lingkungan Usahid. Ini menjadi focus yang penting sekali untuk semua orang yang benaung dalam UKM Rohkrist, karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan bersifat jangka panjang.
Selama gue bernaung dan terlibat di dalam UKM Rohkrist sudah 4 kali gue dipimpin oleh 4 orang ketua yang berbeda. Ada perbedaan yang cukup besar diantara ke-4 pemimpin tersebut. Entah itu berbeda dalam hal pemilihan, dalam hal ini penentuan seorang ketua dan berbeda dalam kepemimpinannya. Belum bisa dikaitkan adanya pengaruh antara bagaimana seseorang itu dipilih menjadi seorang ketua dan dampaknya terhadap bentuk kepemimpinan yang diterapkan. Mungkin saja ada hubungannya, mungkin juga tidak.
Kaitan dari isi artikel yang gue baca tentang perumpamaan gunung es dengan kepemimpinan dalam UKM Rohkrist adalah dimana ketika seseorang menjabat sebagai pemimpin, hendaknya apa yang tampil bukan saja apa yang kelihatan baik di mata kita, melainkan hal itu juga dibarengi dengan karakter yang ia miliki yang sejalan dengan itu. Gue coba menyimpulkan kalimat diatas sebagai berikut; Apa yang kita perkatakan hendaknya itu sejalan dengan apa yang kita lakukan- Integritas.
Karakter seseorang itu berbeda antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain. Maka dari itu hendaknya setiap kita melihat hal ini tidak dalam satu persepsi saja, karena kita hidup dalam dunia yang menganut sistim Relativisme, sehigga pendapat antar pribadi pasti akan berbeda dan tidak menutup kemungkinan akan menuai kontroversi. Karakter yang coba gue angkat ini merupakan karakter-karakter yang terdapat dalam Alkitab, bukan menurut ahli manapun. Kenapa gue mengambil contoh karakter itu di dalam Alkitab, karena karakter yang diungkapkan tidak menentang agama, hukum manapun dan pemikiran siapapun, malah akan menjadikan kita memiliki satu kesepakatan bersama tentang bentuk-bentuk karakter yang kita ingin miliki dan kita terapkan di dalam kepemimpinan kita. Bentuk karakter-karakter itu tertulis dalam kitab Galatia 5:22 ; Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
“Itukan susah?” atau “klise banget sih? Emang kalo ngomong itu gampang, coba aja kalo prakteknya…”. Iya! Semua celotehan itu emang bener dan terkadang gue juga sering mengumandangkan hal itu, tapi seperti itulah yang Alkitab katakan, terserah mau percaya atau ngga?. Buah-buah Roh yang dimiliki seorang pemimpin akan menetukan atau setidaknya mempengaruhi bagaimana hasil dari kepemimpinannya. Inilah yang factor 90%nya yang wajib digumuli oleh pemimpin manapun.
Ketika seseorang mengklaim di dalam dirinya ada Roh kudus, maka sudah menjadi kemutlakan jika di dalam hidupnya menghasilkan buah-buah pertobatan yang menyelaraskan kehidupannya, sehingga nampak dalam kehidupannya berdiam Roh Kudus, karena oleh roh Kudus lah kita dimampukan untuk melakukan itu semua, bukannya karena kerja keras kita.
Seperti halnya ingin mendapatkan sebuah emas yang murni, maka hendaknya emas itu dimurnikan, yaitu dilebur dengan api yang teramat sangat panas, sehingga dapat dihasilkan emas yang murni. Begitu juga halnya dengan seorang pemimpin. Jika seseorang akan menjadi pemimpin, maka kehidupannya akan dimurnikan juga dengan “api”nya Tuhan, sehingga nampaklah seorang pemimpin yang memiliki integritas dan memiliki hati yang penuh akan belas kasihan akan jiwa-jiwa. Ketika kita melihat kehidupan seorang ketua, kita melihat adanya sosok yang memiliki figure yang kuat yang secara otomatis akan diteladani oleh setiap orang yang dipimpinnya. Kehidupan yang membawa pengaruh dan memiliki dampak yang luar biasa, karena di dalam hidupnya terdapat “Firman yang hidup”.
Melihat hal ini, entah apa yang ada dibenak kalian semua. Sependapatkah? Atau malah menolak mentah-mentah apa yang udah gue utarakan. Apapun itu, gue cuman ingin membagikan apa yang gue dapet dan gue berharap adanya suatu masukan yang membangun atas pendapat gue ini, sehingga setiap hal yang salah dapat diperbaiki dan setiap hal yang keliru dapat diluruskan, sehingga segala tulisan ini boleh menjadi lebih baik.
Gbu
No comments:
Post a Comment