Wednesday, March 21, 2007

Surat untuk Bapaku

heiho..

Surat untuk Bapaku.


Pa, kenapa yah kok kita jadi ada jarak seperti ini? Kita ngga seperti Bapa dan anak pada umumnya. Kita seperti orang asing, padahal udah bertahun-tahun kita tinggal serumah. Kita seperti tidak saling kenal padahal kita ada hubungan darah. Pa., aku sedih banget ngeliat hubungan kita sekarang. Aku sedih banget kita gak pernah bisa menikmati hubungan antara Bapa dan anak. Apalagi aku Pa, yang udah mengerti firman, rasanya kesedihan itu bertambah menyesakkan hati. Aku gak mau seperti ini terus Pa. Aku sedih banget….

Pa, engkau semakin tua dan kita tetap aja gak bisa berkomunikasi dengan baik. Kita gak pernah merasakan kehangatan suatu hubungan. Mungkin dulu kita pernah merasakannya. Mungkin Bapa masih ingat dulu sewaktu aku kecil, Bapa pernah mengajak aku pergi ke Monas dan itu cuman kita berdua aja tanpa ada orang lain, sampai mama sendiri merasa heran kenapa itu bisa terjadi. Sekarang hal itu gak pernah terjadi lagi, malah hubungan kita makin berjarak, apalagi semenjak aku semakin besar dan banyak mengetahui tentang banyak hal dan itu membuat aku semakin menjadi manusia yang keras kepala yang sangat susah untuk dikasi tahu dan menjadi lebih gampang untuk melawan jika ada yang tidak sejalan dengan apa aku pikirkan. Aku menderita sekali Pa, melihat kondisi kita yang seperti ini.

Bapa sekarang udah pensiun dan gak punya kesibukan lagi dan itu yang membuat aku bertambah sedih karena Bapa menjadi semakin sering dirumah, padahal dirumah itu gak pernah ada siapa-siapa kalo siang. Dan selama pensiun Bapa cuman menghabiskan waktu lebih banyak dirumah tanpa ada suatu kesibukan yang berarti dan itu diperparah dengan dinginnya hubungan kita Pa. Pa, aku punya temen yang menurut aku sangat baik sekali hubungan antara pribadi didalam rumah, yaitu keluarganya Bang Tony. Aku bisa merasakan kehangatan keluarga mereka dan aku juga bisa melihat bagaimana terbukannya komunikasi antara pribadi, entah itu anak dengan orang tua dan orang tua dengan anaknya. Aku pengen keluaraga kita seperti itu Pa.

Aku tahu Bapa itu punya gengsi yang besar banget dan aku rasakan kalo itu menurun ke aku. Jadinya kita sangat gengsi banget untuk memulai sebuah percakapan, kalopun ada itu cuman formalitas aja. Kita sangat miskin komunikasi. Aku tahu hal ini gak boleh dibiarkan terus-menerus terjadi karena Bapa semakin tua dan aku gak mau sampai hari terakhir Bapa ada didunia kita masih seperti ini aja tanpa ada perubahan.

Aku gak mau memaksa Bapa untuk memulai duluan karena aku tahu Bapa pasti gengsi, tapi aku juga gak begitu punya kebranian untuk memulai karena aku begitu takut. Takut merasa aneh. Karena setiap perkataan dari Bapa itu sangat berpotensial banget untuk melukai hati aku. Makanya aku takut untuk terluka lagi, karena sangat susah untuk kita bisa mengampuni seseorang.

Tuhan, tolong buat aku berani untuk memulai duluan dan mampukan aku untuk bisa bicara tanpa ada satu perasaan tertekan. Karena aku akan sangat menyesal banget jika aku belum bisa juga punya hubungan yang baik dengan Papaku sampai dia meninggal. Karena aku gak mau dia meninggal dengan kesediha tapi aku mau dia meninggal dengan kebahagian dimana banyak orang-orang yang begitu mencintai dia dan begitu bangga bisa punya Bapa seperti dia.

Tuhan, kiranya Engkau mau untuk menolong aku mengahadapi ini semua. Karena sore tadi aku diingatkan oleh seseorang diamana “kita gak bakalan bisa mencintai Bapa kita yang disorga yang tidak kelihatan, jika kita tidak mencintai Bapa kita yang diam diBumi yang jelas-jelas kelihatan”. Aku sangat tertegur sekali mendengar perkataan itu, meskipun perkataan itu bukan baru kali ini aku dengar tapi baru sekarang perkataan itu begitu bermakna didalam hatiku.

Terpujilah Engkau Tuhan karena telah mengaruniakan seorang Bapa yang luar biasa seperti sekarang ini. Seorang Bapa yang mau berkorban dan berjuang keras untuk keluarga dan anak-anaknya. Ampuni setiap pemberontakan dan kesalahan yang aku lakukan atas dia ya, Tuhan. Biar kesehatan dan pengurapan yang baru yang Tuhan berikan sama dia, sehingga sebagai kepala keluarga/ Imam, dia bisa membawa keluarga ini makin dekat Tuhan dan makin menjadi keluarga yang takut akan Tuhan Yesus.

Kiranya Tuhan mendengar dan menjawab doa permohonan aku ini. Amin.

“Aku sayang sama Bapa, ampuni untuk setiap kesalahan aku dan terima kasih untuk setiap pengorbanan Bapa selama ini yang sangat luar biasa”

3 comments:

Anonymous said...

oops... still at the same old story, huh?
napa c terlalu diambil pusing?
yah emang c aku gak berada di posisi itu, bahkan bisa dibilang gak pernah! hahaha...
menurut aku, sampe kapan kalo kita kerjanya menunggu aja?
udah tau c bokap pasti gengsi tuk mulai duluan, trus napa kamu juga jadi takut? apalagi takut dianggap aneh?
semua tergantung seberapa tulus, jujur, n bijaknya kamu dalam menyampaikan apa yang slama ini mengganggu pikiran kamu..
gak ada salahnya kan kalo kamu yang maju duluan? dianggap aneh tuh mah belakangan aja.
kalo tiap orang punya pikiran yang sama kayak kamu, wah bisa hancur dunia ini... malahan gak berkembang deh jadinya!
so, take the best time deh to tell Him bout ur feelin'... think positive n optimist are the best way for ur first step... just remember, GOD always be with u and He won't let u alone, also will always be ur guidance in every way u try to step... eits, asal U're always put Him in the front... biggest than everything in ur whole life...
n last, trust in Him, trust URSELF, coz i know that U're not that young to understand and do everything, and for sure, i know that U CAN DO IT!!!
ya, asalkan if U WANT EVERYTHING BETTER...
gbu

Anonymous said...

bersyukurlah kalian yang masih memiliki kedua orang tua, apalagi seoarang bapak.

Na apa lo pernah membayangkan rumah tanpa ada lagi sosok seorang bapak...?
et, tar dulu. jangan sekarang membayangkannya. Ga baik tau..!

Na, gw pernah dengar hasil penelitian bahwa seoarang laki-laki diusia tuanya akan mengalami masa dimana dia akan bersifat kekanak-kanakan.
Dari sini gw paham bahwa orang tua nantinya apabila sudah mencapai usia lanjut harus kita perlakukan seperti anak2 lagi. tapi bukan berarti mereka anak2.

Na jangan kecewa dengan sikap bokap lo yang sekarang. harus nya ya memang lo yang mulai duluan. ga usah takut salah kalau memang menurut lo benar.
mungkin lo masih ingat pembicaraan kita tempo hari tentang gereja orang tua kita dan simpatisan kita pada gereja diluaran.
Na yang penting tuh gimana Boss senang, itu kuncinya. buat apa kita egois dengan pekiran kita kalau menciptakan "perang" dalam rumah.

ini cerita gw....
waktu kecil bokap gw baik banget sama anak2nya. gw dan anak2nya sering diajak belanja dan bertamasnya. tapi anehnya kalau kami anak2 baut salah tanpa ragu bokap gw langsung pukul dengan alat kesayangannya Gesper.
setelah bokap gw meninggal gw ga pernah lagi temuin gesper melayang kebadan gw, tapi gw "rindu" gesper itu mendarat mulus dibadan gw lagi.

Na jangan sampai menyesal dikemudian hari....! Mulai untuk komunikasi duluan, SIAPA TAKUT..!

Ok,deh slamat mencoba ya.
GBY

Manusia Baru said...

Guys, thanx banget untuk semua masukannya itu sangat memberkatin gue banget.

Betapa senengnya gue membaca semua masukan dari kalian yang kesemuanya itu telah mengubah mind set dan menggugah perasaan gue.

Gue berharap kalian nda pernah bosen untuk memberikan masukan dan terus jadi berkat buat gue dan orang lain.

Jujur aja sampe saat ini gue belum siap untuk kehilangan bokap, karena gue belum bisa membanggakan dia dan menyenangkan dia.

Gak ada kata yang tepat untuk melukiskan betapa senangnya gue saat ini setelah membaca tulisan kalian.

Semua tulisan kalian gue terima dengan baik meskipun itu sangat DALEM dan MEMBERKATI!!

Teruslah menjadi berkat dimanapun kalian berada.

Gbu